Orang
PInggiran
Adegan I
Puspita baru saja tiba di rumah setelah pulang dari kampus, karena ingin
berhemat terpaksa ia berjalan kaki menempuh sekitar 2 Km.
Puspita : “Assalamu’alaikum..” (mengucapkan salam sembari membuka pintu
rumah)
Ibu : “Wa’alaikumsalam nduk.. ada nasi sedikit di dapur, dimakan dulu. Baru
nanti ke pabrik makanan.”
Puspita : “Dapat nasi darimana Bu?”
Ibu : “Tadi, diberi ibu Sari. Ya ibu terima saja. Sudah, sana makan..!”
Puspita : “Ibu apa sudah makan?”
Ibu : “Sudah, tadi Ibu ambil separuh nasi pemberian Ibu Sari. Di meja dapur
itu jatahmu, dihabiskan ya..!”
Puspita : “Iya Bu.., Pita ganti baju dulu, usai makan nanti langsung ke
pabrik.”
Ibu : “Iya, biar punya tenaga. Kata Bu Binarti kamu kemarin kerjanya gak
bisa bungkus banyak. Kamu apa sakit?”
Puspita : “Gak sakit Bu, kemarin Pita juga gak tahu kenapa bisa sedikit
bungkusnya…”
Ibunya hanya memandang sebentar, kemudian beranjak pergi ke sawah. Ibu
Puspita menjadi buruh lepas untuk membantu mengolah sawah tetangga yang perlu
tambahan tenaga.
Adegan II
Puspita baru saja sampai di pabriik makanan kecil tempat ia bekerja paruh
waktu selepas pulang kuliah. Saat hendak duduk di tempat biasanya ia membungkus
makanan kecil yang sudah matang, Bu Binarti tersenyum padanya.
Bu Binarti : “Sudah siap kerja nduk..?”
Puspita : “Bismillah siap Bu..!” (ucap Puspita
sembari duduk bersila di atas tikar, dengan segunung makanan siap dibungkus di
hadapannya.)
Dengan tanpa perlu menunggu aba-aba, Puspita sudah
fasih benar tugasnya sehingga ia segera mengambil satu per satu plastik ukuran
¼ Kg. untuk kemudian diserahkan ke bagian pengepresan, agar makanan yang sudah
terbungkus tidak mudah mlempem.
Bu Binarti : “Nanti kerjanya jangan lelet lagi,
tiga hari lagi sudah gajian. Gak enak sama pengawas dikiranya kamu kerja minta
uang dulu. Ibu yang bawa kamu, kan jadi gak enak masih untung kamu bisa
diterima. Bu Haji pemilik pabrik ini sebenarnya ogah nerima kerja gak full
seperti kamu. Tapi Ibu yakin, kamu niat kerja makanya Ibu usahakan kamu bisa
masuk sini.”
Puspita : “Iya Bu, maaf.”
Bu Binarti : “Tadi kamu kan sudah makan gak seperti
biasanya, harusnya punya tenaga lebih banyak ya..! ayo yang semangat kerjanya
nduk…”
Puspita : “Ibu kok bisa tahu saya tadi makan dulu
sebelum berangkat? Apa lewat depan rumah?”
Bu Binarti : “Gak, tadi ibu papas an ma Ibu kamu
pas beli nasi di warung Bu Sari. Kalau ibumu beli nasi, pastinya buat kamu
juga.”
Puspita diam saja, sejenak ia berpikir dan merasa
tidak sabar untuk segera pulang.
Bu Binarti : “Nduk, jangan ngelamun..! kamu mikir
apa to?”
Puspitas : “Gak Bu.. gak ada kok..”
Bu Binarti : “Yang semangat kerjanya, biar hasilnya
bagus bayaran kamu nanti juga bagus. Kasihan ibu kamu tadi sudah dibelain
beliin nasi kalau kerja kamu sama saja ibu kamu pasti sedih. Iya to?”
Puspitas : “Iya Bu..”
Puspita akhirnya bekerja membungkus satu per satu,
kini keadaanya yang memiliki tenaga bisa bekerja dengan lebih cepat. Sore hari
saat waktu perhitungan hasil membungkus, Puspita bernafas lega demikian juga
dengan Bu Binarti dengan hasilnya.
Bu Binarti : “Bagus nduk.. kerja nyambi kuliah memang gak mudah. Kudu ada niat kuat, kamu kalau kuliah fokus saja kuliah. Saat
di sini ya fokus saja di sini, kalau kamu ada masalah bilang sama Ibu. Siapa
tahu bisa bantu, kalau kamu lapar bilang saja nanti tak ambilke makanan kecil
disini biarpun cuma segenggam.”
Puspita : “Ah.. gak usah Bu, nanti pengawasnya
marah sama Ibu dan saya.”
Bu Binarti : “Ya jangan sampai tahu, toh nolong
orang yang jarang makan seperti kamu pasti Allah kasih jalan..! iya to?”
Adegan III
Puspita sudah sampai di rumah, namun ternyata sang
ibu belum sampai juga. Hamper maghrib ia jadi cemas, karena Ibunya belum Nampak
di jalan menuju rumahnya.
Puspita : “Ya Allah Bu, darimana saja lepas maghrib
baru pulang. Apa garap sawahnya sampai malam biasanya kan sore sudah di
rumah..?”
Ibu : “Tadi diminta nyuci piring di warung Bu Sari.
Lumayan buat nambah uang kita Pit..”
Puspita : “Bu..” (ujarnya lirih)
Ibu : “Ada apa nduk? Apa sudah waktunya bayar SPP?”
Puspita : “Bukan, Pita mau Tanya.”
Ibu : “Tanya apa?”
Puspita : “Ibu, nasinya tadi siang ibu bayar pakai
jasa nyuci piring…?”
Ibunya terdiam cukup lama. Selang beebrapa menit
barulah beliau berujar sepatah kata.
Ibu : “Gak..”
Puspita : “Ibu kenapa bohong, ibu beli kan nasinya
bukan dikasih…? Ibu dapat uang darimana?”
Ibu : “Yakin nduk, uangnya halal, nasinya berkah
buat perut kamu.”
Puspita : “Lapar kan bukan hal baru buat Pita, toh
sampai detik ini Pita masih bertahan. Masih bisa kerja. Masih bisa kuliah. Masih bisa bantu Ibu.. tapi ibu kenapa bohong?”
Ibu : “Kemarin… (ucapnya sambil menetskan air
mata…), ibu nyuciin baju Bu Haji dikasih uang buat beli nasi untuk kamu. Karena
kamu katanya kerjanya mulai lelet, sore ini Ibu ke rumah Bu Haji lagi kamu
sudah kembali kerja seperti seharusnya. Jadi biar besok bisa beliin nasi lagi
ibu coba nyari kerja di warung Bu Sari. Besok Ibu dibayar nasi, nasi buat kamu
nduk…”
Puspita : “Gak usah ngoyo Bu, Ibu sudah sepuh nanti
sakit. Kita makan sekali Insya Allah cukup, Pita juga gak minta lebih. Pita
kemarin ujian Bu, lupa tidak belajar. Pita belum tahu hasilnya, tapi semoga
besok nilainya bagus.. maafkan Pita Bu, besok kerja di sawah saja langsung
pulang…”
Mitra mbs, jangan pernah yahh nyinyiain ibu kalian. Lihat pengorbanan ibu lebih dari segalanya. Bahkan ibu lebih mementingkan kita dibandingkan dirinya sendiri.
Buat mitra mbs sayangi dan hargai ibu kalian, dan
berjuanglah untuk membahagiakan ibu kalian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar