Selasa, 16 Februari 2016

orang pinggiran

Orang PInggiran

Adegan I

Puspita baru saja tiba di rumah setelah pulang dari kampus, karena ingin berhemat terpaksa ia berjalan kaki menempuh sekitar 2 Km.
Puspita : “Assalamu’alaikum..” (mengucapkan salam sembari membuka pintu rumah)
Ibu : “Wa’alaikumsalam nduk.. ada nasi sedikit di dapur, dimakan dulu. Baru nanti ke pabrik makanan.”
Puspita : “Dapat nasi darimana Bu?”
Ibu : “Tadi, diberi ibu Sari. Ya ibu terima saja. Sudah, sana makan..!”
Puspita : “Ibu apa sudah makan?”
Ibu : “Sudah, tadi Ibu ambil separuh nasi pemberian Ibu Sari. Di meja dapur itu jatahmu, dihabiskan ya..!”
Puspita : “Iya Bu.., Pita ganti baju dulu, usai makan nanti langsung ke pabrik.”
Ibu : “Iya, biar punya tenaga. Kata Bu Binarti kamu kemarin kerjanya gak bisa bungkus banyak. Kamu apa sakit?”
Puspita : “Gak sakit Bu, kemarin Pita juga gak tahu kenapa bisa sedikit bungkusnya…”
Ibunya hanya memandang sebentar, kemudian beranjak pergi ke sawah. Ibu Puspita menjadi buruh lepas untuk membantu mengolah sawah tetangga yang perlu tambahan tenaga. 

Adegan II

Puspita baru saja sampai di pabriik makanan kecil tempat ia bekerja paruh waktu selepas pulang kuliah. Saat hendak duduk di tempat biasanya ia membungkus makanan kecil yang sudah matang, Bu Binarti tersenyum padanya.



Bu Binarti : “Sudah siap kerja nduk..?”
Puspita : “Bismillah siap Bu..!” (ucap Puspita sembari duduk bersila di atas tikar, dengan segunung makanan siap dibungkus di hadapannya.)
Dengan tanpa perlu menunggu aba-aba, Puspita sudah fasih benar tugasnya sehingga ia segera mengambil satu per satu plastik ukuran ¼ Kg. untuk kemudian diserahkan ke bagian pengepresan, agar makanan yang sudah terbungkus tidak mudah mlempem.

Bu Binarti : “Nanti kerjanya jangan lelet lagi, tiga hari lagi sudah gajian. Gak enak sama pengawas dikiranya kamu kerja minta uang dulu. Ibu yang bawa kamu, kan jadi gak enak masih untung kamu bisa diterima. Bu Haji pemilik pabrik ini sebenarnya ogah nerima kerja gak full seperti kamu. Tapi Ibu yakin, kamu niat kerja makanya Ibu usahakan kamu bisa masuk sini.”
Puspita : “Iya Bu, maaf.”
Bu Binarti : “Tadi kamu kan sudah makan gak seperti biasanya, harusnya punya tenaga lebih banyak ya..! ayo yang semangat kerjanya nduk…”
Puspita : “Ibu kok bisa tahu saya tadi makan dulu sebelum berangkat? Apa lewat depan rumah?”
Bu Binarti : “Gak, tadi ibu papas an ma Ibu kamu pas beli nasi di warung Bu Sari. Kalau ibumu beli nasi, pastinya buat kamu juga.”

Puspita diam saja, sejenak ia berpikir dan merasa tidak sabar untuk segera pulang.
Bu Binarti : “Nduk, jangan ngelamun..! kamu mikir apa to?”
Puspitas : “Gak Bu.. gak ada kok..”
Bu Binarti : “Yang semangat kerjanya, biar hasilnya bagus bayaran kamu nanti juga bagus. Kasihan ibu kamu tadi sudah dibelain beliin nasi kalau kerja kamu sama saja ibu kamu pasti sedih. Iya to?”
Puspitas : “Iya Bu..”
Puspita akhirnya bekerja membungkus satu per satu, kini keadaanya yang memiliki tenaga bisa bekerja dengan lebih cepat. Sore hari saat waktu perhitungan hasil membungkus, Puspita bernafas lega demikian juga dengan Bu Binarti dengan hasilnya.

Bu Binarti : “Bagus nduk.. kerja nyambi kuliah memang gak mudah. Kudu ada niat kuat, kamu kalau kuliah fokus saja kuliah. Saat di sini ya fokus saja di sini, kalau kamu ada masalah bilang sama Ibu. Siapa tahu bisa bantu, kalau kamu lapar bilang saja nanti tak ambilke makanan kecil disini biarpun cuma segenggam.”
Puspita : “Ah.. gak usah Bu, nanti pengawasnya marah sama Ibu dan saya.”
Bu Binarti : “Ya jangan sampai tahu, toh nolong orang yang jarang makan seperti kamu pasti Allah kasih jalan..! iya to?”

Adegan III

Puspita sudah sampai di rumah, namun ternyata sang ibu belum sampai juga. Hamper maghrib ia jadi cemas, karena Ibunya belum Nampak di jalan menuju rumahnya.
Puspita : “Ya Allah Bu, darimana saja lepas maghrib baru pulang. Apa garap sawahnya sampai malam biasanya kan sore sudah di rumah..?”
Ibu : “Tadi diminta nyuci piring di warung Bu Sari. Lumayan buat nambah uang kita Pit..”
Puspita : “Bu..” (ujarnya lirih)
Ibu : “Ada apa nduk? Apa sudah waktunya bayar SPP?”
Puspita : “Bukan, Pita mau Tanya.”
Ibu : “Tanya apa?”
Puspita : “Ibu, nasinya tadi siang ibu bayar pakai jasa nyuci piring…?”
Ibunya terdiam cukup lama. Selang beebrapa menit barulah beliau berujar sepatah kata.
Ibu : “Gak..”

Puspita : “Ibu kenapa bohong, ibu beli kan nasinya bukan dikasih…? Ibu dapat uang darimana?”
Ibu : “Yakin nduk, uangnya halal, nasinya berkah buat perut kamu.”
Puspita : “Lapar kan bukan hal baru buat Pita, toh sampai detik ini Pita masih bertahan. Masih bisa kerja. Masih bisa kuliah. Masih bisa bantu Ibu.. tapi ibu kenapa bohong?”
Ibu : “Kemarin… (ucapnya sambil menetskan air mata…), ibu nyuciin baju Bu Haji dikasih uang buat beli nasi untuk kamu. Karena kamu katanya kerjanya mulai lelet, sore ini Ibu ke rumah Bu Haji lagi kamu sudah kembali kerja seperti seharusnya. Jadi biar besok bisa beliin nasi lagi ibu coba nyari kerja di warung Bu Sari. Besok Ibu dibayar nasi, nasi buat kamu nduk…”
Puspita : “Gak usah ngoyo Bu, Ibu sudah sepuh nanti sakit. Kita makan sekali Insya Allah cukup, Pita juga gak minta lebih. Pita kemarin ujian Bu, lupa tidak belajar. Pita belum tahu hasilnya, tapi semoga besok nilainya bagus.. maafkan Pita Bu, besok kerja di sawah saja langsung pulang…”


Mitra mbs, jangan pernah yahh nyinyiain ibu kalian. Lihat pengorbanan ibu lebih dari segalanya. Bahkan ibu lebih mementingkan kita dibandingkan dirinya sendiri.

Buat mitra mbs sayangi dan hargai ibu kalian, dan berjuanglah untuk membahagiakan ibu kalian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar