Jumat, 16 Desember 2016

tugas dhea



KETERAMPILAN KONSELING II

Makalah
Disusun  Guna Memenuhi Tugas:
Mata kuliah : Keterampilan Konseling
Dosen Pengampu: Anila Umriana, M. Pd.






Di susun oleh:

Dhea Rivanti Cahyani             (1501016102)
Rina Tho’iin                            (1501016099)
Mutiah Nur Laila                    (1501016092)
Ifatunnisa                                (1501016084)


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM  NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2016
       I.            Latar Belakang
Sebuah kegiatan Konseling tentu membutuhkan adanya teknik dalam melakukannya, seorang konselor alangkah lebih baiknya menguasai bagaimana keterampilan-keterampilang dalam melakukan teknik konseling. Dalam sebuah proses konseling, keterampilan seorang konselor dalam merespon pernyataan konselordalam merespon pertanyaan konseli dan mengkomunikasikan kembali sangatlah diperlukan. Agar proses komunikasi yang dimaksud dapat efisien, maka konselor seyogyanya memiliki kemampuan dan keterampilanberkomunikasi.
Dalam wawancara konseling, konselor harus mampu menggali perasaan dan pikiran konselor. Proses penggalian ini membutuhkan sebuah teknik khusus agar pertanyaan maupun pernyataan yang dilontarkan konselor pada klien dapat menghipnotis konseli semakin terbuka. Ada seperangkat teknik yang digunakan sebagai pendukung dalam memberikan wawancara konseling, penguasaan terhadap teknik konseling merupakan kunci keberhasilan untuk mencapai tujuan konseling. Seorang konselor harus dapat merespon konseli secara baik dan benar sesuai dengan keadaan konseli saat itu. Respon baik berupa pertanyaanmaupun peryataan verbal dan non verbal yang dapat menyentuh, merangsang,  dan mendorong konseli sehingga mau terbuka untuk menyatakan secara bebas, pikiran, perasaan, dan pengalaman.

    II.            Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud Opening ?
2.      Bagaimanakan Pertanyaan terbuka dan tertutup itu?
3.      Apa itu Parafrasing ?
4.      Bagaimana Dorongan Minimal?
5.      Apa itu Konfrontasi ?






A.    Opening (membuka pertanyaan)
            Teknik opening merupakan teknik membuka intervew sebagai upaya-upaya untuk memudahkan konseli berbicara. Teknik ini bertujuan untuk :
1)      Meredakan kecemasan awal konseli sampai pada kadar ia mau berbicara,
2)      Menghindarkan konselor dari “banyak bicara”,
3)      Memperoleh pendengaran cermat dari yang dikatakan konseli dan tersusun dalam pikiran konselor apa yang konselor uraikan.
Opening dapat dilakukan dengan jalan;
1.      Percakapan tidak berstruktur
Sebagai teknik yang paling aman dari konseli untuk mengawali pembicaraan dari sudut pandang konseli untuk memasuki pembicaraan dari sudut pandang konseli. Contoh: “saya siap mendengar apapun dari anda”.
2.      Topik netral
Konselor menawarkan percakapan netral yang diperkirakan menarik perhatian konseli. Bahkan percakapan seperti: hobi, kekhasan daerah asal konseli, berita aktual di lembaga/sekolah asal konseli. Misalnya dengan menyatakan “kelihatannya anda ikut pertandingan basket minggu lalu”
3.      Bertanya sederhana
Pertanyaan sederhana berarti mengkomunikasikan kepedulian dan perhatian, konselor akhirnya konseli serius membicarakan masalahnya. Contoh: “adakah sesuatu yang perlu kita bicarakan?”
4.      Mengalihkan topik
Pengalihan topik ini diperlukan agar konseli sungguh-sungguh ingin mendiskusikan masalah dan kerisauannya. Caranya adalah menggunakan kata-kata “jembatan” dan mengembangkan sebagian isi topik “netral”.
Contoh: “menarik bahwa anda membicarakan ikhwal waktu, belajar, rumah, teman .... mana dari antaranya yang paling penting anda diskusikan lebih jauh?”


B.     Pertanyaan terbuka (open question) dan Pertanyaan tertutup (Closed Question)
            Pertanyaan terbuka yaitu teknik untuk memancing konseli agar mau berbicara mengungkapkan perasaan pengalaman dan pemikirannya. Pertanyaan yang diajukan sebaiknya tidak menggunakan kata tanya mengapa atau apa sebabnya. Pertanyaan semacam ini akan menyulitkan konseli, jika dia tidak tahu alasan atau sebab-sebabnya. Oleh karenanya, lebih baik gunakan kata tanya apakah, bagaimana, adakah, dapatkah.
Contoh: “apakah anda merasa ada sesuatu yang ingin kita bicarakan?”
Dalam konseling tidak selamanya harus menggunakan pertanyaan terbuka, dalam hal-hal tertentu dapat pula digunakan pertanyaan tertutup, yang harus dijawab dengan kata Ya atu Tidak atau dengan kata-kata singkat. Tujuan pertanyaan tertutup untuk :
1)      Mengumpulkan informasi
2)      Menjernihkan atau memperjelas sesuatu, dan
3)      Menghentikan pembicaraan konseli yang melantur atau menyimpang jauh.
Conoh dialog :
Konseli: “Saya berusaha meningkatkan presentasi dengan mengikuti belajar kelompok yang selama ini belum pernah saya lakukan”.
Konselor: “Biasanya anda menempati peringkat berapa?”.
Konseli: “Sembilan”
Konselor: “Sekarang berapa ?”
Konseli: “Enam”

C.     Parafrasing
Parafrasing adalah teknik untuk menyatakan kembali esensi atau inti ungkapan konseli dengan bahasa konselor sendiri yang lebih simpel dan sederhana, biasanya ditandai denngan kalimat awal : adakah atau nampaknya, dan mengamati respon konseli terhadap konselor.
Tujuan Paraphrasing adalah :
1)      Untuk mengatakan kembali kepada konseli bahwa konselor bersama dia dan berusaha untuk memahami apa yang dikatakan konseli.
2)      Mengedepankan apa yang dikemukakan konseli dalam bentuk ringkasan.
3)      Memberi arah wawancara konseling.
4)      Pengecekan kembali persepsi konselor tentang apa yang dikemukakan konseli.
Contoh dialog :
Konseli : “itu suatu pekerjaan yang baik, akan tetapi saya tidak mengambilnya. Saya tidak tahu mengapa demikian?”
Konselor :”Tampaknya Anda masih ragu.”
Contoh lain,
Konseli :”Kemarin saya terburu-buru ke sana kemari rasanya saya tidak punya waktu untuk diri saya sendiri. Saya pergi dari satu tempat ke tempat yang lain dan waktu itu, sulit sekali untuk membereskan segala sesuatunya”
Konselor :”nampaknya anda sibuk sekali kemarin.”

D.    Dorongan minimal
            Dorongan minimal adalah teknik untuk memberikan suatu dorongan langsung yang singkat terhadap apa yang telah dikemukakan konseli. Misalnya dngan menggunakan ungkapan : oh, ya, lalu, terus, dan. Tujuan dorongan minimal agar konseli terus berbicara dan dapat mengarah agar pembicaraan mencapai tujuan. Dorongan ini diberikan pada saat koseli akan mengurangi atau menghentikan pembicaraannya dan pada saat konseli kurang memusatkan pikiranya pada pembicaraan atau pada saat konselor ragu atas pembicaraan konseli.
Contoh dialog :
Klien : “ Saya putus asa... dan saya nyaris... “
(konseli menghentikan pembicaraan)
Konselor : “ Ya... “
1)      Rasional
Klien sering tersendatdalam mengungkapkan emosinya. Hal ini disebabkan rasa tertekan yang kuat. Untuk memudahkan emosi itu kluar, maka teknik memberi dorongan minimal dapat dipergunakan oleh konselor.
2)      Tujuan Latihan
Ø  Agar calon konselor terlatih menggunakan dorongan minimal dalam rangka memperlancar ucapan-ucapan klien.
Ø  Menggunakan teknik attending agar klien lebih mudah berbicara.
3)      Materi
Yaitu menggunakan ungkapan-ungkapan seperti : oh...?, dan...?, lalu...?, mmh...?, waah..., dan sebagainya.
4)      Prosedur latihan
Ø  Kelompokkan dua-dua para peserta, dan seorang pengamat.
Ø  Klien mengucapkan kalimat terputus dengan emosional yang berat.
Ø  Konselor memberikan dorongan minimal dan prilaku attending.
Contoh :
Kl: “Saya... ti... dak sanggup menahan pend... deri... taan”.
Ko: “Mmh..., teruskan...”

E.     Konfrontasi
Konfrontasi adalah respon verbal konselor untuk mendiskripsikan kesenjangan-kesenjangan, konflik dan pesan bersilangan atau rancu dalam pemikiran, perasaan, dan perilaku konseli. Tujuan konfrontasi adalah mengeksplorasi cara-cara pandang baru dalam melihat diri sendiri atau suatu isu, yang pada akhirnya mengarah pada pemikiran dan tingkah laku baru, membantu konseli menjadi lebih menyadari kesenjangan atau ketidakselarasan dalam pemikiran, perasaan, dan perilakunya. [1]
1. Rasional
Kadang-kadang klien tidak konsisten dalam kata dan perbuatannya, atau dengan bahasa umum tidak konsisten tanpa aspek verbal dengan non verbal. Atau terjadi perbedaan antara ucapan pertama dengan berikutnya dalam hal yang sama.[2]
Jenis-jenis konfrontasi:
a.       Konfrontasi verbal dan nonverbal
Contoh :
Konseli : “Saya sudah melupakannya, bagi saya dia sudah tak berarti apa-apa” (matanya berlinang air mata)[3]
Untuk mengatasi hal ini, konselor harus menguasai teknik konfrontasi agar klien dibantu supaya kembali konsisten. Mungkin dskrepansi itu disebabkan karena kelupaan, kesenjangan, atau kaena faktor emosional.

2. Tujuan Latihan
a)      Agar calon konselor mempunyai daya kritis terhadap faktor diskrepansi atau inkonsistensi dari diri klien.
b)      Agar calon konselor mampu membuat kalimat-kalimat konfrontasi yang baik dan dengan sikap attending.
3. Materi Latihan
a. Latihan Kritis terhadap sikap diskrepansi klien dan dengan bersikap attending terhadapnya.
b. Latihan menyusun kalimat-kalimat konfrontasi.
Contoh :
·         Apakah saudara merasa bahwa apa yang anda katakan berbeda dengan perasaan anda?
·         Saya memperhatikan bahwa anda mengatakan rela, namun di muka saudara terlihat kekecewaan. Apakah anda merasakannya?[4]







 III.            Kesimpulan
Dalam wawancara konseling, konselor harus mampu menggali perasaan dan pikiran konselor. Proses penggalian ini membutuhkan sebuah teknik khusus agar pertanyaan maupun pernyataan yang dilontarkan konselor pada klien dapat menghipnotis konseli semakin terbuka. Ada seperangkat teknik yang digunakan sebagai pendukung dalam memberikan wawancara konseling, penguasaan terhadap teknik konseling merupakan kunci keberhasilan untuk mencapai tujuan konseling.
Konfrontasi adalah respon verbal konselor untuk mendiskripsikan kesenjangan-kesenjangan, konflik dan pesan bersilangan atau rancu dalam pemikiran, perasaan, dan perilaku konseli.
Dorongan minimal adalah teknik untuk memberikan suatu dorongan langsung yang singkat terhadap apa yang telah dikemukakan konseli.
Parafrasing adalah teknik untuk menyatakan kembali esensi atau inti ungkapan konseli dengan bahasa konselor sendiri yang lebih simpel dan sederhana, biasanya ditandai denngan kalimat awal : adakah atau nampaknya, dan mengamati respon konseli terhadap konselor.












DAFTAR PUSTAKA
umriana, Anila, 2015,  penerapan keterampilan konseling dengan pendekatan islam,Semarang : CV. KARYA ABADI JAYA,

Sofyan,2013,  konseling individual, Teori dan Praktek, Bandung :cv albeta.


[1] nila umriana, penerapan keterampilan konseling dengan pendekatan islam,Semarang : CV. KARYA ABADI JAYA, 2015. Hlm 80-99
[2] Sofyan, konseling individual, Teori dan Praktek, Bandung :cv albeta, 2013 hlm 191
[3] Anila umriana, penerapan keterampilan konseling dengan pendekatan islam,Semarang : CV. KARYA ABADI JAYA, 2015. Hlm 80-99
[4] Sofyan, konseling individual, Teori dan Praktek, Bandung :cv albeta, 2013 hlm 191

Tidak ada komentar:

Posting Komentar