KETERAMPILAN KONSELING II
Makalah
Disusun Guna Memenuhi Tugas:
Mata kuliah : Keterampilan Konseling
Dosen Pengampu: Anila Umriana, M. Pd.

Di susun oleh:
Dhea Rivanti Cahyani (1501016102)
Rina Tho’iin (1501016099)
Mutiah Nur Laila (1501016092)
Ifatunnisa (1501016084)
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2016
I.
Latar Belakang
Sebuah kegiatan Konseling tentu membutuhkan adanya
teknik dalam melakukannya, seorang konselor alangkah lebih baiknya menguasai
bagaimana keterampilan-keterampilang dalam melakukan teknik konseling. Dalam
sebuah proses konseling, keterampilan seorang konselor dalam merespon
pernyataan konselordalam merespon pertanyaan konseli dan mengkomunikasikan
kembali sangatlah diperlukan. Agar proses komunikasi yang dimaksud dapat
efisien, maka konselor seyogyanya memiliki kemampuan dan
keterampilanberkomunikasi.
Dalam wawancara konseling, konselor harus mampu
menggali perasaan dan pikiran konselor. Proses penggalian ini membutuhkan sebuah
teknik khusus agar pertanyaan maupun pernyataan yang dilontarkan konselor pada
klien dapat menghipnotis konseli semakin terbuka. Ada seperangkat teknik yang
digunakan sebagai pendukung dalam memberikan wawancara konseling, penguasaan
terhadap teknik konseling merupakan kunci keberhasilan untuk mencapai tujuan
konseling. Seorang konselor harus dapat merespon konseli secara baik dan benar
sesuai dengan keadaan konseli saat itu. Respon baik berupa pertanyaanmaupun
peryataan verbal dan non verbal yang dapat menyentuh, merangsang, dan mendorong konseli sehingga mau terbuka
untuk menyatakan secara bebas, pikiran, perasaan, dan pengalaman.
II.
Rumusan Masalah
1. Apa
yang dimaksud Opening ?
2. Bagaimanakan
Pertanyaan terbuka dan tertutup itu?
3. Apa
itu Parafrasing ?
4. Bagaimana
Dorongan Minimal?
5. Apa
itu Konfrontasi ?
A. Opening
(membuka pertanyaan)
Teknik opening merupakan teknik
membuka intervew sebagai upaya-upaya untuk memudahkan konseli berbicara. Teknik
ini bertujuan untuk :
1) Meredakan
kecemasan awal konseli sampai pada kadar ia mau berbicara,
2) Menghindarkan
konselor dari “banyak bicara”,
3) Memperoleh
pendengaran cermat dari yang dikatakan konseli dan tersusun dalam pikiran
konselor apa yang konselor uraikan.
Opening
dapat dilakukan dengan jalan;
1. Percakapan
tidak berstruktur
Sebagai
teknik yang paling aman dari konseli untuk mengawali pembicaraan dari sudut
pandang konseli untuk memasuki pembicaraan dari sudut pandang konseli. Contoh:
“saya siap mendengar apapun dari anda”.
2. Topik
netral
Konselor
menawarkan percakapan netral yang diperkirakan menarik perhatian konseli.
Bahkan percakapan seperti: hobi, kekhasan daerah asal konseli, berita aktual di
lembaga/sekolah asal konseli. Misalnya dengan menyatakan “kelihatannya anda
ikut pertandingan basket minggu lalu”
3. Bertanya
sederhana
Pertanyaan
sederhana berarti mengkomunikasikan kepedulian dan perhatian, konselor akhirnya
konseli serius membicarakan masalahnya. Contoh: “adakah sesuatu yang perlu kita
bicarakan?”
4. Mengalihkan
topik
Pengalihan
topik ini diperlukan agar konseli sungguh-sungguh ingin mendiskusikan masalah
dan kerisauannya. Caranya adalah menggunakan kata-kata “jembatan” dan
mengembangkan sebagian isi topik “netral”.
Contoh:
“menarik bahwa anda membicarakan ikhwal waktu, belajar, rumah, teman .... mana
dari antaranya yang paling penting anda diskusikan lebih jauh?”
B. Pertanyaan
terbuka (open question) dan Pertanyaan tertutup (Closed Question)
Pertanyaan terbuka yaitu teknik
untuk memancing konseli agar mau berbicara mengungkapkan perasaan pengalaman
dan pemikirannya. Pertanyaan yang diajukan sebaiknya tidak menggunakan kata
tanya mengapa atau apa sebabnya. Pertanyaan semacam ini akan menyulitkan
konseli, jika dia tidak tahu alasan atau sebab-sebabnya. Oleh karenanya, lebih
baik gunakan kata tanya apakah, bagaimana, adakah, dapatkah.
Contoh:
“apakah anda merasa ada sesuatu yang ingin kita bicarakan?”
Dalam
konseling tidak selamanya harus menggunakan pertanyaan terbuka, dalam hal-hal
tertentu dapat pula digunakan pertanyaan tertutup, yang harus dijawab dengan
kata Ya atu Tidak atau dengan kata-kata singkat. Tujuan pertanyaan tertutup
untuk :
1) Mengumpulkan
informasi
2) Menjernihkan
atau memperjelas sesuatu, dan
3) Menghentikan
pembicaraan konseli yang melantur atau menyimpang jauh.
Conoh
dialog :
Konseli:
“Saya berusaha meningkatkan presentasi dengan mengikuti belajar kelompok yang
selama ini belum pernah saya lakukan”.
Konselor:
“Biasanya anda menempati peringkat berapa?”.
Konseli:
“Sembilan”
Konselor:
“Sekarang berapa ?”
Konseli:
“Enam”
C. Parafrasing
Parafrasing
adalah teknik untuk menyatakan kembali esensi atau inti ungkapan konseli dengan
bahasa konselor sendiri yang lebih simpel dan sederhana, biasanya ditandai
denngan kalimat awal : adakah atau nampaknya, dan mengamati respon konseli
terhadap konselor.
Tujuan
Paraphrasing adalah :
1) Untuk
mengatakan kembali kepada konseli bahwa konselor bersama dia dan berusaha untuk
memahami apa yang dikatakan konseli.
2) Mengedepankan
apa yang dikemukakan konseli dalam bentuk ringkasan.
3) Memberi
arah wawancara konseling.
4) Pengecekan
kembali persepsi konselor tentang apa yang dikemukakan konseli.
Contoh
dialog :
Konseli
: “itu suatu pekerjaan yang baik, akan tetapi saya tidak mengambilnya. Saya
tidak tahu mengapa demikian?”
Konselor
:”Tampaknya Anda masih ragu.”
Contoh
lain,
Konseli
:”Kemarin saya terburu-buru ke sana kemari rasanya saya tidak punya waktu untuk
diri saya sendiri. Saya pergi dari satu tempat ke tempat yang lain dan waktu
itu, sulit sekali untuk membereskan segala sesuatunya”
Konselor
:”nampaknya anda sibuk sekali kemarin.”
D. Dorongan
minimal
Dorongan minimal adalah teknik untuk
memberikan suatu dorongan langsung yang singkat terhadap apa yang telah
dikemukakan konseli. Misalnya dngan menggunakan ungkapan : oh, ya, lalu, terus,
dan. Tujuan dorongan minimal agar konseli terus berbicara dan dapat mengarah
agar pembicaraan mencapai tujuan. Dorongan ini diberikan pada saat koseli akan
mengurangi atau menghentikan pembicaraannya dan pada saat konseli kurang
memusatkan pikiranya pada pembicaraan atau pada saat konselor ragu atas
pembicaraan konseli.
Contoh
dialog :
Klien
: “ Saya putus asa... dan saya nyaris... “
(konseli
menghentikan pembicaraan)
Konselor
: “ Ya... “
1) Rasional
Klien
sering tersendatdalam mengungkapkan emosinya. Hal ini disebabkan rasa tertekan
yang kuat. Untuk memudahkan emosi itu kluar, maka teknik memberi dorongan
minimal dapat dipergunakan oleh konselor.
2) Tujuan
Latihan
Ø Agar
calon konselor terlatih menggunakan dorongan minimal dalam rangka memperlancar
ucapan-ucapan klien.
Ø Menggunakan
teknik attending agar klien lebih mudah berbicara.
3) Materi
Yaitu
menggunakan ungkapan-ungkapan seperti : oh...?, dan...?, lalu...?, mmh...?,
waah..., dan sebagainya.
4) Prosedur
latihan
Ø Kelompokkan
dua-dua para peserta, dan seorang pengamat.
Ø Klien
mengucapkan kalimat terputus dengan emosional yang berat.
Ø Konselor
memberikan dorongan minimal dan prilaku attending.
Contoh :
Kl: “Saya... ti... dak
sanggup menahan pend... deri... taan”.
Ko: “Mmh...,
teruskan...”
E. Konfrontasi
Konfrontasi
adalah respon verbal konselor untuk mendiskripsikan kesenjangan-kesenjangan,
konflik dan pesan bersilangan atau rancu dalam pemikiran, perasaan, dan
perilaku konseli. Tujuan konfrontasi adalah mengeksplorasi cara-cara pandang
baru dalam melihat diri sendiri atau suatu isu, yang pada akhirnya mengarah
pada pemikiran dan tingkah laku baru, membantu konseli menjadi lebih menyadari
kesenjangan atau ketidakselarasan dalam pemikiran, perasaan, dan perilakunya. [1]
1.
Rasional
Kadang-kadang klien tidak konsisten
dalam kata dan perbuatannya, atau dengan bahasa umum tidak konsisten tanpa aspek
verbal dengan non verbal. Atau terjadi perbedaan antara ucapan pertama dengan
berikutnya dalam hal yang sama.[2]
Jenis-jenis konfrontasi:
a. Konfrontasi
verbal dan nonverbal
Contoh :
Konseli : “Saya sudah
melupakannya, bagi saya dia sudah tak berarti apa-apa” (matanya berlinang air
mata)[3]
Untuk mengatasi hal ini, konselor harus
menguasai teknik konfrontasi agar klien dibantu supaya kembali konsisten.
Mungkin dskrepansi itu disebabkan karena kelupaan, kesenjangan, atau kaena
faktor emosional.
2.
Tujuan Latihan
a) Agar
calon konselor mempunyai daya kritis terhadap faktor diskrepansi atau
inkonsistensi dari diri klien.
b) Agar
calon konselor mampu membuat kalimat-kalimat konfrontasi yang baik dan dengan
sikap attending.
3.
Materi Latihan
a. Latihan Kritis terhadap
sikap diskrepansi klien dan dengan bersikap attending terhadapnya.
b. Latihan menyusun
kalimat-kalimat konfrontasi.
Contoh :
·
Apakah saudara merasa bahwa apa yang
anda katakan berbeda dengan perasaan anda?
·
Saya memperhatikan bahwa anda mengatakan
rela, namun di muka saudara terlihat kekecewaan. Apakah anda merasakannya?[4]
III.
Kesimpulan
Dalam wawancara konseling, konselor harus mampu
menggali perasaan dan pikiran konselor. Proses penggalian ini membutuhkan
sebuah teknik khusus agar pertanyaan maupun pernyataan yang dilontarkan
konselor pada klien dapat menghipnotis konseli semakin terbuka. Ada seperangkat
teknik yang digunakan sebagai pendukung dalam memberikan wawancara konseling,
penguasaan terhadap teknik konseling merupakan kunci keberhasilan untuk
mencapai tujuan konseling.
Konfrontasi adalah respon verbal konselor untuk
mendiskripsikan kesenjangan-kesenjangan, konflik dan pesan bersilangan atau
rancu dalam pemikiran, perasaan, dan perilaku konseli.
Dorongan minimal adalah teknik untuk memberikan suatu
dorongan langsung yang singkat terhadap apa yang telah dikemukakan konseli.
Parafrasing adalah teknik untuk menyatakan kembali
esensi atau inti ungkapan konseli dengan bahasa konselor sendiri yang lebih
simpel dan sederhana, biasanya ditandai denngan kalimat awal : adakah atau
nampaknya, dan mengamati respon konseli terhadap konselor.
DAFTAR
PUSTAKA
umriana, Anila, 2015, penerapan keterampilan konseling dengan
pendekatan islam,Semarang : CV. KARYA ABADI JAYA,
Sofyan,2013, konseling individual, Teori dan Praktek,
Bandung :cv albeta.
[1] nila
umriana, penerapan keterampilan konseling dengan pendekatan islam,Semarang :
CV. KARYA ABADI JAYA, 2015. Hlm 80-99
[2] Sofyan,
konseling individual, Teori dan Praktek, Bandung :cv albeta, 2013 hlm 191
[3] Anila
umriana, penerapan keterampilan konseling dengan pendekatan islam,Semarang :
CV. KARYA ABADI JAYA, 2015. Hlm 80-99
[4] Sofyan,
konseling individual, Teori dan Praktek, Bandung :cv albeta, 2013 hlm 191
Tidak ada komentar:
Posting Komentar